Rooma21 Blog

Belum login? Masuk untuk akses penuh

Pencarian

Akun

Login Daftar

Agentic AI: Gelombang Baru Kecerdasan Buatan yang Mengubah Dunia

20 October 2025
253 views
Agentic AI: Gelombang Baru Kecerdasan Buatan yang Mengubah Dunia
/p>

Nilai Manusia di Tengah Dunia Serba Cerdas

Namun di balik semua kemudahan ini, ada tantangan baru: manusia harus belajar kembali menjadi manusia. Ketika banyak tugas administratif dan teknis diambil alih oleh AI, nilai sejati manusia justru terletak pada hal-hal yang tidak bisa disimulasikan oleh algoritma — empati, intuisi, etika, dan kreativitas. Seorang broker yang bisa memahami emosi klien saat mencari rumah, atau analis yang mampu menafsirkan dampak sosial dari sebuah keputusan keuangan, akan jauh lebih relevan di masa depan dibanding sekadar pekerja efisien tanpa konteks.

Fenomena ini sejalan dengan semangat Society 5.0 yang pertama kali diperkenalkan Jepang: teknologi harus berpihak pada manusia, bukan menggantikannya. Di dunia Agentic AI, prinsip itu menjadi semakin nyata, mesin bisa mengoptimalkan, tapi hanya manusia yang bisa memberi arah.

“Agentic AI bukan akhir dari pekerjaan manusia, tapi awal dari bentuk kerja baru — di mana berpikir, berkolaborasi, dan berempati menjadi keunggulan utama.”

Masa Depan Agentic AI: Keputusan Finansial dengan Nurani

Dari Efisiensi ke Empati

Bayangkan dunia di mana keputusan finansial, bisnis, dan sosial tidak lagi diambil hanya berdasarkan angka, tetapi juga mempertimbangkan makna di baliknya. Di sinilah arah evolusi Agentic AI menuju — dari sekadar sistem yang efisien menjadi kecerdasan yang berempati.

Selama puluhan tahun, kita melihat AI bergerak dari mesin logis menuju sistem yang mampu memahami bahasa, konteks, dan niat. Tapi Agentic AI membawa langkah berikutnya: kemampuan untuk menimbang konsekuensi sosial dari keputusannya. Ia bukan hanya bertanya, “Apakah ini menguntungkan?”, tapi juga, “Apakah ini adil? Apakah ini berdampak baik bagi manusia?”

Agentic AI dalam Dunia Finansial dan Mortgage

Konsep ini mulai diterapkan di sektor finansial global. Bank besar seperti JPMorgan dan DBS mulai menguji agentic underwriting system, sistem penilaian kredit berbasis AI yang mampu menilai risiko finansial sekaligus mempertimbangkan faktor sosial. Misalnya, algoritma kini tak lagi menolak pengajuan KPR hanya karena riwayat pekerjaan tidak konvensional, tetapi melihat pola perilaku finansial dan potensi pertumbuhan ekonomi individu. Dengan begitu, sistem menjadi lebih inklusif, lebih adil, dan lebih manusiawi.

Di dunia mortgage, perusahaan seperti Rocket Mortgage di Amerika dan Sumitomo Mitsui Trust Bank di Jepang sudah memperkenalkan AI decision engine yang memproses ribuan data dalam hitungan detik, namun tetap memberi ruang bagi human override — keputusan akhir tetap dilakukan oleh manusia, bukan mesin. Pendekatan ini dikenal sebagai Human-in-the-loop, prinsip penting yang menjaga keseimbangan antara efisiensi algoritma dan kebijaksanaan manusia.

Proptech dan Empathic AI

Fenomena serupa mulai merambah dunia properti dan proptech. Platform seperti Compass dan Lianjia (Beike) menggunakan sistem agentic co-pilot yang dapat memahami perilaku calon pembeli, menganalisis emosi dalam percakapan, dan menyesuaikan rekomendasi properti secara personal. Namun, interaksi final — negosiasi, empati, dan kepercayaan — tetap menjadi ranah manusia. Di sinilah masa depan industri real estate akan berada: antara data dan perasaan, antara AI dan nurani.

Para peneliti menyebut fase ini sebagai transisi menuju Empathic AI — kecerdasan buatan yang tidak hanya mengerti apa yang benar dilakukan, tapi juga mengapa ia harus dilakukan. European Commission dalam laporan AI for Society 5.0 and Human-Centered Economy (2023) bahkan memperkenalkan istilah baru: “Moral Decision Layer.” Sebuah kerangka di mana setiap keputusan AI harus melewati lapisan penilaian etis sebelum dieksekusi.

Konsep ini membuka kemungkinan baru di masa depan: sistem ekonomi yang tidak hanya efisien, tapi juga berempati. Bayangkan sebuah platform mortgage yang bisa memahami stres emosional pembeli rumah pertama, lalu menyesuaikan skema pembiayaan agar lebih manusiawi. Atau sistem proptech yang bisa menyeimbangkan profit developer dengan kebutuhan sosial masyarakat.

Menuju Era Moral AI dan AI Ethics Certification

Dan mungkin, dalam waktu tak lama lagi, kita akan menyaksikan munculnya AI Ethics Certification — seperti ISO, tapi untuk kecerdasan buatan. Setiap sistem Agentic AI akan diuji: apakah ia adil, transparan, dan berorientasi pada nilai kemanusiaan?

“Teknologi masa depan bukan yang paling cerdas, tetapi yang paling sadar akan dampak dari keputusannya.” — European Commission, AI for Society 5.0 Report (2023)

Jika revolusi industri sebelumnya berfokus pada efisiensi, maka revolusi berikutnya akan berfokus pada empati. Agentic AI adalah jembatan ke masa depan itu, masa di mana mesin tak hanya bekerja untuk manusia, tapi berpikir dan merasa bersama manusia.

Agentic AI dan Awal Kesadaran Baru

Sejarah selalu berulang — bukan dalam bentuk yang sama, tetapi dengan makna yang lebih dalam. Dari tenaga uap hingga internet, dari mesin mekanik hingga kecerdasan buatan, setiap revolusi industri selalu membawa satu pertanyaan yang sama: “Masihkah manusia memegang kendali atas ciptaannya?”

Kini, di ambang era Agentic AI, pertanyaan itu berubah bentuk. Kita tak lagi hanya bicara tentang kecerdasan, tetapi juga tentang niat dan nurani. Mesin tidak lagi sekadar menunggu perintah; ia mulai memahami mengapa perintah itu ada. Ia belajar membaca konteks, menimbang dampak, dan mengambil keputusan. Dan di titik itulah, batas antara pikiran manusia dan algoritma mulai memudar — bukan karena manusia dikalahkan, tetapi karena manusia mulai mengajarkan nilai-nilai dirinya pada ciptaannya sendiri.

“Agentic AI bukan tentang mesin yang meniru manusia, tapi tentang manusia yang akhirnya belajar mengajarkan kemanusiaan pada mesin.”

Di masa depan, kita mungkin akan menyaksikan sesuatu yang dulu terasa mustahil — mesin yang lulus sertifikasi etika, kecerdasan buatan yang mengikuti audit moral, dan sistem ekonomi yang menimbang dampak sosial sebelum mengejar laba. Ironisnya, semua itu bukan tanda kehilangan kendali, melainkan bukti bahwa peradaban kita akhirnya cukup dewasa untuk tidak hanya menciptakan kecerdasan, tetapi juga menumbuhkannya dengan tanggung jawab.

Artikel ini menjadi pengantar dari sebuah perjalanan panjang. Dalam seri berikutnya, kita akan menelusuri tiap sisi Agentic AI secara utuh: mulai dari kelahirannya — bagaimana AI beralih dari otomasi ke otonomi dan belajar menetapkan tujuan sendiri; hingga peta dunia nyata, di mana ia sudah bekerja dalam sektor finansial, perbankan, properti/proptech, kesehatan, manufaktur, dan riset.

Lalu, kita akan memasuki bab penting tentang etika, risiko, dan regulasi — dari EU AI Act, OECD Human-Centered AI, hingga visi Society 5.0 — termasuk praktik human-in-the-loop dan explainable AI. Setelah itu, kita akan membahas dampaknya pada dunia kerja — lahirnya peran baru seperti AI orchestrator dan kemitraan manusia–mesin di meja broker, bankir, hingga konsultan.

Dan akhirnya, kita akan menutup seri ini dengan masa depan keputusan berbasis nurani: Empathic/Moral AI dan lahirnya AI Decision Layer dalam ekonomi modern. Sebagai bonus, kita juga akan menghadirkan sebuah renungan visioner tentang kemungkinan hadirnya Revolusi Industri 6.0 — ketika kesadaran buatan dan moralitas manusia akhirnya bertemu. Serta, mini-seri terpisah yang akan mengulas evolusi AI 1.0–4.0 sebagai fondasi historis, agar pembaca memiliki peta besar sebelum melangkah lebih jauh.

Visit www.rooma21.com : Your Proptech Partner in Real Estate, platform properti digital yang fokus pada teknologi dan customer experience

🏡 Rooma21 bukan sekadar platform properti. Kami hadir sebagai referensi real estate, mortgage & realtor di Indonesia, hadir untuk millenial dan genzie, dapatkan informasi rumah atau property recommended, news, artikel blog dan tv update, dilengkapi dengan lifetyle, travelling dan digital trend, yang menjadi favoritenya generasi muda

📚 Sumber Informasi & Referensi:

  • Stanford University (2025) — AI Index Report 2025
  • OpenAI (2024) — DevDay Summary & AutoGPT Framework Overview
  • Deloitte (2025) — AI Pulse Report & Agentic Systems Insight
  • McKinsey & Company (2025) — AI Evolution & Automation Outlook 2030
  • Gartner (2025) — Emerging Tech Radar: Autonomous & Agentic AI
  • World Economic Forum (2025) — AI & Society Future Report
  • European Commission (2024) — EU AI Act: Human Oversight and Accountability
  • OECD (2023) — Digital Policy Framework for Human-Centered AI
  • UNESCO (2021) — Recommendation on the Ethics of Artificial Intelligence
  • Cabinet Office of Japan (2016) — The 5th Science and Technology Basic Plan (Society 5.0)
  • Compass Real Estate (2024) — AI-Driven CRM and Predictive Listing Report
  • Beike (Lianjia) Tech Research (2024) — AI Agent Integration in PropTech Ecosystem
  • Rocket Companies (2024) — Tech Disclosure on AI Mortgage Underwriting
  • MIT Sloan Management Review (2024) — AI Workforce Symbiosis & Ethical Automation
  • European AI for Society Whitepaper (2023) — Human-AI Collaboration in Decision-Making
Halaman 3 dari 3
1 2 3
Bagikan:

Artikel Digital Technology

Lihat Semua
Avatar Djoko Yoewono
Djoko Yoewono
Penulis Rooma21 17 artikel
Lihat Profil
Djoko Yoewono
+

Komentar

Memuat komentar...

Jangan Ketinggalan Info Properti Terbaru!

Dapatkan berita, tips, dan penawaran eksklusif langsung ke email Anda.