Rooma21.com, Jakarta – Tahun 2020, dalam perjalanan Eropa yang penuh cerita, aku akhirnya tiba di salah satu kota ikonik Jerman: Munich. Dan di pusat kota inilah, ada satu tempat yang seolah mengundangku untuk berhenti sejenak dan menyerap semua pesonanya Marienplatz. Marienplatz: Panggung Sejarah di Tengah Kota Sejak tahun 1158, Marienplatz telah menjadi jantung kehidupan Munich, tempat di mana orang-orang berkumpul, berdagang, merayakan, bahkan berdemonstrasi. Hari itu, aku melangkah di atas batu-batu tua bersejarah, dikelilingi oleh bangunan megah yang seolah berbicara tentang masa lalu.



Di satu sisi berdiri Old Town Hall (Altes Rathaus), bangunan putih dengan menara jam merahnya yang tajam. Sementara di sisi lainnya, megah menjulang New Town Hall (Neues Rathaus) masterpiece bergaya Neo-Gothic yang membuatku merasa kecil di hadapannya.

Aku sempat berhenti sejenak di depan pintu masuk stasiun U-Bahn, tepat di bawah bayangan Altes Rathaus. Di sana, udara dingin musim dingin menghembus, membawa aroma kopi dari café-café kecil yang tersebar di sepanjang alun-alun. Glockenspiel: Pertunjukan Tradisional dari Atas Menara Salah satu momen paling ikonik di Marienplatz adalah ketika jam besar di menara Neues Rathaus berdentang, dan boneka-boneka kayu berukuran manusia mulai berputar, memperagakan adegan sejarah Bavaria. Sayangnya, saat aku di sana, pertunjukan itu baru akan dimainkan beberapa jam lagi.
Baca juga : Destinasi Liburan Impian di 4 Benua: Panduan Lengkap Perjalanan Leisure Dunia
Tapi tidak apa-apa. Berdiri di sana, memandang detail-detail patung di façade bangunan yang rumit, sudah cukup membuatku merasa seperti masuk ke dalam sebuah novel sejarah.
Kulineran di Sekitar Marienplatz
Setelah puas menyusuri alun-alun, rasa lapar perlahan datang. Tak perlu berjalan jauh — di sekitar Marienplatz, deretan kafe, restoran, hingga kios street food siap menyambut.

Aku memilih mampir ke sebuah restoran kecil yang aromanya menggoda sejak beberapa meter sebelum pintu. Menu andalan di sini? Tentunya Weißwurst (sosis putih khas Munich), disajikan hangat dengan pretzel empuk dan mustard manis yang khas.
Tapi tak hanya itu, sambil berjalan di sekitar Marienplatz, aku juga menemukan sebuah kios kebab Turki yang begitu ramai dikunjungi. Kebab hangat dengan daging melimpah, sayuran segar, dan saus putih khas terasa luar biasa nikmat, apalagi di tengah udara dingin Munich.
Rasanya sedikit mengingatkanku bahwa Munich bukan hanya tentang budaya Bavaria, tapi juga tentang perpaduan rasa dunia yang harmonis di satu kota.
Sambil menikmati kebab di tangan kanan, dan pretzel di tangan kiri, aku benar-benar merasa menjadi bagian dari denyut kehidupan Marienplatz. Berburu Souvenir Khas Munich Sebelum meninggalkan Marienplatz, aku sempatkan berburu sedikit kenang-kenangan. Tepat di sisi barat alun-alun, ada beberapa toko kecil yang menjual berbagai souvenir khas Bavaria:
- Stein (gelas bir khas Jerman)
- Miniatur Neues Rathaus
- Magnet berbentuk pretzel
- Topi tradisional Bavaria
Aku memilih beberapa magnet lucu dan satu stein kecil bergambar Marienplatz — suvenir sederhana, tapi akan selalu membawaku kembali ke hari itu, ke jantung Munich yang penuh kehidupan. Data Wisatawan: Munich dalam Angka Munich terus menjadi magnet bagi wisatawan dari seluruh dunia. Pada tahun 2023, kota ini mencatat lebih dari 8,5 juta kunjungan wisatawan, dengan sekitar 3,47 juta di antaranya berasal dari luar Jerman.
Negara-negara dengan jumlah wisatawan terbanyak ke Munich antara lain:
- Amerika Serikat: 529.710 kunjungan
- Austria: 288.491 kunjungan
- Italia: 267.785 kunjungan
- Inggris Raya dan Irlandia Utara: 252.583 kunjungan
- Swiss: 247.722 kunjungan
Meskipun data spesifik mengenai wisatawan asal Indonesia tidak tersedia, namun dengan meningkatnya minat wisatawan Asia, termasuk dari Indonesia, ke Munich, tidak mengherankan jika Marienplatz mulai menjadi destinasi populer di kalangan traveler Indonesia. Penutup: Marienplatz, Jantung yang Tetap Berdetak Bagi banyak orang, Marienplatz hanyalah sebuah alun-alun pusat kota. Tapi bagiku, tempat ini lebih dari itu. Ia adalah saksi hidup perubahan zaman, dari pasar abad pertengahan, ke parade kemenangan, hingga festival modern.
Dan hari itu, aku hanyalah salah satu dari ribuan orang yang, untuk sesaat, menjadi bagian kecil dari kisah panjang Marienplatz.

Komentar