Rooma21 Blog

Belum login? Masuk untuk akses penuh

Pencarian

Akun

Login Daftar

10 Trend Kesadaran Baru Arah Kehidupan Manusia

21 August 2025
72 views
10 Trend Kesadaran Baru Arah Kehidupan Manusia

1. Pertumbuhan Tak Terbatas Adalah Mitos yang Mulai Usang

10 Trend Kesadaran Baru Arah Kehidupan Manusia

Dulu kita percaya bahwa semakin besar, cepat, dan banyak berarti semakin baik. Tapi kini kita mulai menyadari bahwa bumi punya batas, dan begitu pula manusia. Ketika segala hal—dari ekonomi sampai relasi pribadi—dituntut untuk terus berkembang tanpa henti, kita malah menemukan kelelahan yang tak berkesudahan. Barangkali, kita perlu mengembalikan nilai dari ‘cukup’.

Contohnya? Tengok saja di Jakarta. Banyak yang kerja 10–12 jam sehari demi “naik kelas”, tapi tidak sadar bahwa waktu makan bareng keluarga atau ngobrol santai dengan teman sudah hilang entah ke mana. Pertumbuhan ekonomi tidak selalu sejalan dengan pertumbuhan kualitas hidup.

2. Efisiensi Tak Selalu Sejalan dengan Keadilan

10 Trend Kesadaran Baru Arah Kehidupan Manusia

Di era sekarang, banyak hal dikejar demi efisiensi: pelayanan cepat, proses instan, hasil instan. Tapi siapa yang tertinggal dalam proses itu sering kali tak terlihat. Keadilan justru membutuhkan waktu, perhatian, dan empati. Kita mulai sadar, hidup yang baik bukan selalu yang tercepat, tapi yang paling manusiawi. Contoh nyatanya bisa kita lihat di layanan publik daring. E-KTP, BPJS, bahkan bantuan sosial—semua makin cepat, tapi banyak warga di desa yang belum paham cara aksesnya. Di kota besar, yang paham teknologi melaju, sementara yang tak punya akses internet tertinggal diam-diam.

Baca Juga : Coliving & Remote Work: Cara Anak Muda Bertahan di Sistem yang Usang

3. Keterhubungan Adalah Akar Keberlanjutan

10 Trend Kesadaran Baru Arah Kehidupan Manusia

Bukan kekuasaan atau dominasi yang membuat dunia berjalan, tapi keterhubungan. Kita mulai merasakan bahwa hidup yang terpisah dan individualistik justru melelahkan. Dari lingkungan hingga relasi antar manusia, keberlanjutan muncul saat kita sadar bahwa kita saling terkait dan saling memengaruhi.

Lihat saja fenomena gotong royong digital yang muncul saat bencana atau pandemi. Ketika relasi dikembalikan ke rasa saling bantu, solidaritas tumbuh lebih kuat daripada sekadar saling follow di media sosial. Dan itu menular: dari komunitas urban farming di pinggiran kota sampai gerakan berbagi makanan di pinggir jalan.

4. Makna Hidup Tidak Bisa Diukur dari Angka

10 Trend Kesadaran Baru Arah Kehidupan Manusia

Kita dikelilingi oleh angka—jumlah pengikut, skor produktivitas, ranking, dan target. Tapi semakin dalam kita tenggelam di dunia angka, semakin sulit menemukan makna. Padahal, hal-hal paling bermakna justru tak terukur: kasih sayang, ketulusan, waktu luang, dan ketenangan batin.

Pernah lihat orang yang traveling ke tempat indah cuma demi postingan Instagram, tapi di balik layar tetap merasa kosong? Atau mahasiswa yang sibuk kejar IPK sampai lupa menikmati proses belajarnya? Itulah tanda bahwa angka sering kali cuma ilusi—sementara makna tersembunyi di antara momen kecil yang tidak pernah viral.

5. Hidup Bukan Lomba, dan Kita Tidak Perlu Menang Sendirian

10 Trend Kesadaran Baru Arah Kehidupan Manusia

Di banyak ruang, kita didorong untuk bersaing: siapa yang lebih cepat sukses, siapa yang lebih unggul, siapa yang lebih dulu menikah atau punya rumah. Tapi semakin kita berpacu, semakin kita kehilangan arah. Hidup bukan tentang menang, tapi tentang menemukan irama yang sesuai dengan diri sendiri.

Di dunia kerja, misalnya, banyak anak muda yang akhirnya burnout bukan karena tak mampu, tapi karena merasa selalu harus ‘lebih dari yang lain’. Padahal, menjalani hidup dengan kecepatan sendiri sering kali lebih membahagiakan.

6. Teknologi Perlu Disikapi, Bukan Ditelan Mentah-Mentah

Teknologi membawa kemudahan, tapi juga kebingungan. Kita terhubung ke mana-mana, tapi sering kali kehilangan koneksi dengan diri sendiri. AI, media sosial, hingga algoritma konten — semua mendikte tanpa kita sadari.

Contohnya sederhana: berapa banyak waktu kita habiskan hanya untuk scrolling tanpa sadar? Atau betapa cepatnya opini publik bisa dipelintir oleh hoaks yang disebar lewat grup WA keluarga? Ini bukan soal anti teknologi, tapi soal menempatkannya secara sadar.

Baca Juga : Gaya Hidup Baru atau Adaptasi atas Ketimpangan?

7. Keheningan Adalah Ruang Pemulihan yang Terlupakan

Di tengah bisingnya notifikasi dan deru kehidupan kota, keheningan menjadi barang langka. Padahal, justru di keheningan kita bisa mengenal diri, menyusun ulang arah, dan merasa utuh kembali.

Beberapa orang kini mulai mencari tempat retreat, naik gunung, atau sekadar mendekat ke alam. Ini bukan tren gaya hidup semata, tapi sinyal bahwa jiwa kita sedang butuh ruang tenang.

8. Bumi Bukan Objek Eksploitasi, Tapi Rumah yang Perlu Dijaga

10 Trend Kesadaran Baru Arah Kehidupan Manusia

Perubahan iklim bukan sekadar berita, tapi realita yang sudah kita rasakan. Banjir yang makin sering, panas ekstrem, polusi udara — semua jadi alarm bahwa kita tak bisa lagi memperlakukan bumi seperti mesin.

Di Indonesia, dari krisis air di NTT sampai abrasi di pesisir utara Jawa, semuanya menuntut satu hal: perubahan cara pandang. Bumi bukan sumber daya semata, tapi rumah bersama yang rentan dan sedang butuh perhatian.

9. Spiritualitas Bukan Monopoli Agama, Tapi Pencarian Makna yang Jujur

Banyak anak muda hari ini mulai merasa jauh dari agama formal, tapi tetap haus makna. Mereka menemukan kedekatan dengan yang ilahi lewat meditasi, jalan pagi, musik, atau bahkan obrolan tulus tengah malam.

Fenomena ini bukan penolakan, tapi transformasi. Bahwa spiritualitas tak selalu butuh simbol besar—kadang cukup dengan kehadiran penuh di momen kecil.

10. Kita Tidak Bisa Kembali ke Dunia Lama, Tapi Kita Bisa Menyusun yang Baru

Banyak hal sudah berubah. Dunia lama—dengan ritme cepat, logika untung rugi, dan relasi yang transaksional—tak lagi cocok dengan kebutuhan batin zaman sekarang.

Kita mungkin tak tahu bentuk pasti dunia baru itu seperti apa, tapi satu hal pasti: ia akan lahir dari keberanian untuk berhenti sejenak, bertanya ulang, dan membangun ulang dari yang paling dasar—kesadaran sebagai manusia.

Saat ini kita menyebut “dunia sudah berubah” bukan sekadar karena teknologi, konflik, atau krisis iklim. Tapi karena kita sendiri, manusia yang hidup di dalamnya, mulai merasakan ada yang janggal dalam cara kita hidup. Ada sesuatu yang kosong, lelah, dan makin jauh dari makna.

Perubahan itu tidak selalu datang dalam bentuk revolusi besar. Kadang ia tumbuh dari kesadaran kecil — dari percakapan, dari refleksi, dari tulisan seperti ini.

“Di tengah dunia yang terus berubah, mungkin yang paling radikal yang bisa kita lakukan adalah kembali menjadi manusia seutuhnya — bukan mesin, bukan angka, bukan avatar — tapi makhluk hidup yang merasa, terhubung, dan mampu memilih arah hidupnya sendiri.”

“Catatan : Artikel ini merupakan bagian dari seri Trend Perubahan Dunia Baru di blog Rooma21.com

Banner apartemen tangerang | Infographic
Bagikan:

Artikel Lifestyle

Lihat Semua
Avatar Djoko Yoewono
Djoko Yoewono
Penulis Rooma21 17 artikel
Lihat Profil
Djoko Yoewono
+

Komentar

Memuat komentar...

Jangan Ketinggalan Info Properti Terbaru!

Dapatkan berita, tips, dan penawaran eksklusif langsung ke email Anda.