Rooma21.com, Jakarta – Indonesia tengah mengalami transformasi besar dalam pola konsumsi media televisi dan teknologi digital. Dalam lima tahun terakhir, pertumbuhan jumlah pengguna internet, meluasnya penggunaan smartphone, dan adopsi teknologi kecerdasan buatan telah mengubah cara masyarakat mengakses informasi, berinteraksi, dan mengambil keputusan.
Bersamaan dengan itu, struktur demografi Indonesia juga mengalami pergeseran. Generasi Milenial dan Gen Z kini mendominasi populasi, membawa karakteristik baru dalam gaya hidup dan ekspektasi terhadap layanan digital. Fenomena ini menjadi pemicu utama terjadinya disrupsi pada media konvensional, termasuk televisi dan media cetak, yang mulai tergeser oleh konten berbasis video digital dan platform sosial.
Pergeseran Pola Konsumsi Media dan Konten
Dulu, televisi dan media cetak menjadi rujukan utama masyarakat dalam memperoleh informasi. Kini, dominasi itu telah digeser oleh platform digital seperti YouTube, TikTok, dan Instagram. Masyarakat tidak lagi pasif menunggu jam tayang berita, melainkan aktif memilih, mencari, dan menyusun informasi sesuai minat mereka.
Kehadiran kreator konten independen, lahirnya kanal berita baru berbasis niche (segmented), serta ledakan video pendek membentuk ekosistem media baru yang lebih cair, real-time, dan interaktif. Banyak jurnalis atau presenter dari media konvensional pun memilih membangun kanal mereka sendiri karena dinilai lebih fleksibel, berorientasi audiens, dan berpeluang monetisasi langsung, demikian juga banyak tokoh politik artis juga membuat channel podcast di youtube dengan subsciber mencapain ratusan ribu sampai dengan jutaan pengemar, menjadikan sebuah fenomena baru untuk mendapatkan informasi dan berita tidak lagi dari media konventional atau media mainstream.
Statistik dan Tren Digital Dalam 5 Tahun Terakhir
Dalam lima tahun terakhir, jumlah pengguna internet global meningkat dari 4,2 miliar (2019) menjadi 5,5 miliar (2024) — tumbuh lebih dari 1,3 miliar pengguna dalam waktu singkat (sumber: ITU).
Pertumbuhan ini berbanding lurus dengan adopsi smartphone, yang naik dari 3,2 miliar pengguna (2019) menjadi lebih dari 5,27 miliar (2025 prediksi) (sumber: Prioridata). Artinya, lebih dari 94% akses internet kini dilakukan melalui gadget mobile, bukan komputer desktop.
Di sisi lain, adopsi kecerdasan buatan (AI) berkembang pesat. ChatGPT dari OpenAI menjadi aplikasi konsumen dengan pertumbuhan tercepat dalam sejarah: dari 1 juta pengguna dalam 5 hari (2022) menjadi lebih dari 800 juta pengguna aktif mingguan per April 2025 (sumber: DemandSage).
Pertumbuhan Pengguna Internet di Indonesia (2019–2025)
Di Indonesia pada tahin 2019 terdapat sekitar 150 juta pengguna internet, dengan penetrasi sekitar 56% dari total populasi, angka ini meningkat di tahun 2020 menjadi 196 juta pengguna, penetrasi 73,7%, tahun 2022 naik ke 210 juta pengguna, penetrasi 77,01%, tahun 2024 mencapai 221,56 juta pengguna, dengan penetrasi 79,5% dan di tahun 2025, diperkirakan mencapai 231 juta pengguna, dengan penetrasi sekitar 81%.
Secara total pertumbuhanya dari 2019 hingga 2025, terjadi peningkatan sekitar 81 juta pengguna internet, dengan CAGR (Compound Annual Growth Rate): Sekitar 7,4% per tahun.
Baca Juga : Teknologi-AI vs Manusia: rooma21.com Memilih Customer-Centric di Era-Digital | The Best Topic Now
Jumlah pengguna internet di Indonesia yang melonjak menjadi lebih dari 221 juta pada akhir 2024, Ini setara dengan hampir 80% dari populasi nasional. Sementara itu, pengguna smartphone juga terus bertambah, dan pada 2025 diperkirakan mencapai penetrasi 89%. Hampir seluruh aktivitas digital kini dilakukan melalui perangkat mobile.
Adopsi AI pun meningkat pesat, pada 2023, lebih dari 30% masyarakat Indonesia sudah mengenal atau menggunakan ChatGPT. Teknologi ini semakin merasuk ke kehidupan sehari-hari, membuka peluang baru di berbagai sektor termasuk pendidikan, keuangan, dan properti.
Hingga Mei 2025, ChatGPT telah digunakan oleh lebih dari 800 juta pengguna aktif mingguan secara global — menjadikannya salah satu platform AI dengan pertumbuhan tercepat sepanjang sejarah.Di Indonesia, ChatGPT menjadi chatbot AI paling dominan dengan pangsa pasar lebih dari 76 persen. Ini menunjukkan tingginya adopsi teknologi kecerdasan buatan di kalangan generasi muda digital tanah air.(Sumber: DemandSage.com & Statcounter Indonesia, 2025)
Dominasi Generasi Milenial, Gen Z, dan Gen Alpha
Berdasarkan Sensus Penduduk BPS 2020, Generasi Z, Milenial, dan Alpha secara kumulatif mencakup lebih dari 60% populasi Indonesia. Mereka dikenal sebagai digital native yang terbiasa mengakses informasi secara instan, mobile, dan interaktif. Mereka juga menjadi kelompok usia produktif yang mulai berkarier, membangun rumah tangga, dan berinvestasi.
Bagi pelaku bisnis digital, memahami karakteristik generasi ini adalah kunci. Mereka tidak hanya menginginkan informasi yang cepat dan jelas, tetapi juga pengalaman digital yang personal, engaging, dan responsif.
Dominasi Platform Media Visual: YouTube & TikTok
Di tengah persaingan platform digital global, dua nama yang terus mencuat dan menguasai lanskap media visual hingga tahun 2025 adalah TikTok dan YouTube. Keduanya menempati posisi teratas dalam perebutan perhatian generasi milenial dan Gen Z, namun dengan pendekatan dan kekuatan yang berbeda.
TikTok unggul dalam menciptakan engagement yang tinggi dengan konsumsi konten yang cepat dan adiktif. Hingga April 2024, platform ini mencatat lebih dari 1,5 miliar pengguna aktif bulanan secara global. Pengguna TikTok menghabiskan rata-rata 58 menit 24 detik per hari, angka yang mencerminkan betapa kuatnya algoritma personalisasi yang mereka gunakan. Salah satu alasan utama TikTok menjadi favorit adalah kemampuannya menjadikan konten viral bahkan dari akun-akun dengan jumlah pengikut yang kecil. Format video pendek yang kreatif, instan, dan mudah dicerna menjadikannya pilihan utama untuk hiburan singkat dan informasi ringan yang cepat terserap.
Di sisi lain, YouTube tetap mempertahankan dominasinya dalam konten berdurasi panjang dan edukatif. Dengan lebih dari 2,4 miliar pengguna aktif bulanan per Januari 2024, YouTube menjadi rumah bagi konten tutorial, review mendalam, dokumenter, hingga serial naratif. Rata-rata waktu yang dihabiskan pengguna di platform ini mencapai 28 jam 5 menit per bulan, sebuah bukti bahwa audiens masih menghargai konten berkualitas yang informatif dan kaya nilai. Engagement rate YouTube bahkan menyentuh 3,87%, tertinggi di antara platform video lainnya. Sebagai mesin pencari video terbesar di dunia, YouTube juga menjadi referensi utama bagi pengguna yang benar-benar ingin memahami suatu topik secara menyeluruh.
Jika dilihat dari fungsinya, TikTok efektif sebagai pemicu awareness dan interaksi cepat, sementara YouTube lebih unggul dalam membangun kredibilitas dan menyampaikan informasi secara lengkap. Keduanya tak bisa dipilih salah satu — justru kolaborasi konten antar-platform inilah yang menjadi kunci sukses strategi digital di era saat ini.
Dan di sinilah tantangan sekaligus peluang bagi brand, media, maupun kreator konten: bagaimana menyampaikan pesan yang kuat, padat, dan menarik — dalam durasi yang sesuai dengan karakter masing-masing platform.
Transformasi Digital dan Lahirnya Rooma21: Menjawab Kebutuhan Generasi Baru
Di tengah gelombang transformasi digital yang melanda Indonesia, terjadi perubahan signifikan dalam perilaku konsumsi media dan teknologi. Generasi Milenial, Gen Z, dan Gen Alpha kini mendominasi populasi, membawa karakteristik baru dalam gaya hidup dan ekspektasi terhadap layanan digital. Mereka menginginkan akses informasi yang cepat, interaktif, dan sesuai dengan minat mereka, terutama melalui perangkat mobile.
Perubahan ini tidak hanya mempengaruhi industri media, tetapi juga sektor properti. Menyadari kebutuhan akan platform yang lebih adaptif dan relevan, lahirlah Rooma21.com — sebuah transformasi dari broker properti konvensional menjadi perusahaan berbasis teknologi properti (proptech). Didirikan oleh Djoko Yoewono, seorang profesional dengan pengalaman panjang di bidang mortgage banking dan pasar properti primer, Rooma21 hadir sebagai solusi bagi generasi digital dalam mencari hunian impian mereka.
Dengan tagline “Referensi Real Estate, Mortgage & Realtor di Indonesia”, Rooma21 tidak sekadar menyajikan listing properti. Platform ini menawarkan informasi, edukasi, dan layanan konsultasi yang dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan generasi Milenial dan Gen Z. Melalui pendekatan yang customer-centric, Rooma21 memanfaatkan berbagai kanal digital seperti website, YouTube, TikTok, dan Instagram untuk menyampaikan konten yang informatif dan engaging.
Rooma21 fokus pada tiga segmen utama:
1. Township Projects: Perumahan skala kota yang dikembangkan oleh top developer di Greater Jakarta.
2. TOD Residential: Apartemen yang terintegrasi dengan jalur LRT dan MRT, menawarkan solusi hunian dengan aksesibilitas tinggi.
3. Established Residential: Kawasan perumahan mapan di wilayah Jakarta Selatan yang menawarkan nilai investasi tinggi.
Melalui Rooma21, generasi baru tidak hanya mendapatkan informasi properti, tetapi juga edukasi mengenai pembiayaan, tren pasar, dan gaya hidup yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Platform ini menjadi teman perjalanan dalam proses pencarian hunian, dari awal hingga akhir.