Rooma21.com – Industri properti di Indonesia sedang mengalami transformasi besar-besaran. Dengan pasar yang semakin dinamis, broker properti harus beradaptasi untuk bertahan dan tetap relevan di tahun 2023. Dalam sesi Lunch Break bersama Bro DY di kanal YouTube Rooma21, beberapa poin penting terkait tren dan strategi bagi agen properti dibahas secara mendalam.
Harga Properti: Benarkah Jatuh?
Salah satu isu yang sering dibahas media adalah harga properti yang dikatakan “jatuh.” Namun, Bro DY menegaskan bahwa fenomena ini lebih disebabkan oleh kebutuhan mendesak pemilik (BU) yang menjual properti dengan harga lebih rendah, namun tetap sulit terjual. Tantangan ini juga diperburuk dengan kurangnya peminat pada segmen rumah elit, yang didorong oleh perubahan perilaku konsumen, terutama generasi milenial dan Gen Z.
Transformasi Model Bisnis Broker Properti
Industri broker properti kini menghadapi pergeseran besar. Ada tiga model bisnis yang mulai mendominasi:
- Global Franchise
- Fokus pada segmen secondary dan pasar kota besar.
- Mulai mengalami tekanan akibat perubahan kebutuhan pasar.
- Lokal Franchise
- Lebih mengarah pada segmen middle-lower.
- Menawarkan layanan spesifik seperti menangani proyek primary terbatas.
- Proptech (Properti Teknologi)
- Mengintegrasikan teknologi untuk menjangkau konsumen lebih luas.
- Diprediksi menjadi model bisnis utama di masa depan.
Kunci Bertahan: Customer Centric dan Spesifik Market
Bro DY menggarisbawahi dua strategi utama agar broker properti tetap relevan:
- Customer-Centric: Fokus pada kebutuhan konsumen dengan pendekatan personal, bukan hanya pada hasil penjualan.
- Spesifik Market: Broker harus memilih target pasar yang jelas, apakah primary, secondary, atau segmen middle-lower.
Baca Juga : Special Tayang : Transaksi Properti Tidak Perlu Pakai Broker !!
Perubahan Perilaku Konsumen
Generasi milenial dan Gen Z kini mendominasi pasar. Mereka cenderung mencari hunian yang praktis dan terjangkau, seperti apartemen di kota-kota besar. Segmen rumah mewah mulai kehilangan peminat karena harga yang tidak terjangkau, sedangkan properti secondary lebih banyak digunakan untuk kebutuhan pribadi, bukan investasi seperti dulu.
Kesimpulan
Transformasi ini menuntut broker properti untuk meninggalkan model lama yang bersifat “palu gada” dan beralih ke pendekatan yang lebih fokus. Hanya dengan mengikuti tren pasar dan memahami kebutuhan konsumen, para pelaku industri ini dapat bertahan dan berkembang.
Jangan lupa untuk terus mengikuti pembahasan menarik lainnya di kanal YouTube Rooma21!