Propertynbank.com – Ekonomi 2022 menjadi tahun penuh dinamika, termasuk bagi upaya kebangkitan sektor properti di Indonesia. Begitu pandemi mereda, tantangan baru hadir mulai dari naiknya harga material bangunan dan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), hingga adanya lonjakan inflasi serta suku bunga sebagai dampak dari krisis ekonomi global. Namun, optimisme sektor properti masih relatif tumbuh didorong oleh berbagai regulasi yang masih bergulir dari pemerintah dan semangat kolektif para pemangku kepentingan.
Terkait hal tersebut, Knight Frank Indonesia melakukan survei singkat tahunan berjudul Property Outlook Survey 2023 yang diikuti oleh para pemangku kepentingan di bidang properti untuk menangkap sentimen pasar terhadap proyeksi performa sektor properti di Indonesia di 2023.
Berdasarkan survei, 59% responden optimis pertumbuhan sektor properti akan relatif stabil untuk 2023 dimana situasi ekonomi global dinilai tidak terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan sektor properti di dalam negeri. Tetapi, beberapa potensi resiko patut diwaspadai oleh sektor properti di 2023.
Syarifah Syaukat, Senior Research Advisor, Knight Frank Indonesia mengatakan, ditengah optimisme pasar dalam memproyeksikan stabilitas sektor properti untuk 2023 terkait isu resesi dan naiknya suku bunga, para responden juga mewaspadai berbagai potensi resiko yang bisa mengganggu perkembangan sektor properti, seperti dampak pandemi yang berkelanjutan, kenaikan inflasi, dan semakin dekatnya pemilu.
“Beberapa subsektor properti yang diprediksi prospektif adalah rumah tapak (landed house) yang keluar sebagai pilihan dominan para responden. Subsektor lainnya meliputi industri, pergudangan modern, ritel, hotel, dan villa resor. Sementara untuk subsektor perkantoran dinilai masih stagnan dan apartemen strata cenderung melemah,” jelas Syarifah.
Survei juga menangkap adanya kecenderungan pasar, 66% responden, untuk wait and see pemulihan sektor properti dalam 3-5 tahun kedepan karena masuknya Indonesia pada persiapan menjelang tahun politik di 2024 nanti.
Selanjutnya, daerah Jabodetabek masih dinilai oleh 51% sebagai kawasan yang prospektif untuk investasi sektor properti, sedang wilayah Ibu Kota Nusantara (IKN) di posisi kedua. Bisnis e-commerce, pusat data, dan logistik juga dinilai memiliki daya ungkit positif terhadap pertumbuhan properti tahun depan.
Sejalan dengan hasil survei tersebut, laporan Knight Frank Asia Pasifik juga menyebutkan bahwa Jakarta merupakan salah satu kota penyedia paling aktif untuk pusat data di wilayah Asia Pasifik. Pusat data juga tergolong dalam 10 besar subsektor real estate yang dipilih oleh investor untuk menanamkan modal dalam 18 bulan kedepan.
Willson Kalip, Country Head Knight Frank Indonesia, menyebutkan tren digitalisasi menjadikan pusat data tumbuh progresif. “Inovasi dan diversifikasi produk pada setiap subsektor properti juga diharapkan mampu membawa kondisi pasar ke arah paradigm swift untuk pemulihan pertumbuhan properti yang lebih menyeluruh,” ungkapnya.
Sumber : Survei Knight Frank, Sektor Properti 2023 Masih Dilematis