Rooma21.com – Harga hunian di Indonesia mengalami peningkatan tahunan sebesar 2,2 persen pada bulan November 2023 dibandingkan sejak November 2022. Denpasar menjadi kota yang mencatatkan kenaikan harga tahunan tertinggi sebesar 20,1 persen, diikuti Surakarta (8,3%) dan Makassar (4,9%). Demikian data dari Flash Report Rumah123.com edisi Desember 2023.
Sementara di Jabodetabek, Bekasi memimpin pertumbuhan harga tahunan untuk keempat kalinya dengan kenaikan sebesar 3,9 persen. Disusul Tangerang (3,1%), Bogor (2,6%), Depok (1,8%) dan Jakarta (1,6%). Sementara di Jawa, Surakarta mencatatkan kenaikan harga hunian tahunan tertinggi, melesat sebesar 8,3 persen dengan mengungguli dua kota lainnya, Surabaya (2,2%) dan Semarang (0,8%).
Senior Vice President Marketing 99 Group Indonesia, Bharat Buxani mengatakan, Denpasar dan Surakarta, dua kota yang memiliki keindahan pariwisata, kearifan budaya serta didukung perkembangan infrastruktur, mengalami peningkatan signifikan dalam tren harga properti menjelang akhir tahun.
Lihat Juga: Dapatkan Informasi tentang seputar Real Estate, Mortgage & Realtor di Indonesia.
“Dengan harga hunian atau properti yang terbilang masih terjangkau di kedua kota ini, dipadukan dengan potensi puncak arus mudik dan aktivitas wisata pada perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) berpotensi menjadi dorongan tambahan bagi mereka yang berminat mencari tempat tinggal yang menawarkan keseimbangan antara kehidupan perkotaan sederhana, gaya hidup santai, kekayaan budaya tradisional dan keindahan alam,” ujarnya.
Denpasar dan Surakarta juga tercatat memperoleh selisih kenaikan harga hunian tertinggi di atas inflasi tahunan, masing-masing sebesar 17,6 persen dan 4,8 persen. Denpasar telah konsisten mencatatkan pertumbuhan harga sejak awal tahun 2023 lalu, hal ini juga dipengaruhi pertumbuhan popularitas Bali yang terus meningkat sejak akhir tahun 2022 seiring beragamnya kebijakan dan insentif yang ditetapkan pemerintah terkait kepemilikan properti dan izin tinggal untuk WNA yang semakin meningkatkan daya tarik wilayah-wilayah di Bali sebagai tempat tinggal atau berinvestasi properti.
Dalam setahun terakhir, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan berbagai kebijakan dan insentif yang menggalakkan minat WNA dalam mencari dan memiliki properti. Beberapa di antaranya mencakup Keputusan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1241/SK-HK.02/IX/2022 Tahun 2022 tentang Perolehan dan Harga Rumah Tempat Tinggal/Hunian Untuk Orang Asing pada bulan September 2022, serta Second Home Visa pada akhir Desember 2022.
Pada Kuartal III 2023, pemerintah tercatat secara aktif melakukan Sosialisasi Regulasi Kepemilikan Hunian untuk Orang Asing di Jakarta. Kemudian juga terdapat Golden Visa, sebuah kebijakan yang ditujukan bagi Orang Asing berkualitas untuk mendukung perkembangan ekonomi negara yang resmi diberlakukan mulai 30 Agustus.
Dan terkini, WNA juga dapat menikmati manfaat kebijakan Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) saat melakukan pembelian properti di Indonesia. Dimana kebijakan ini dapat dimanfaatkan WNA yang telah memiliki nomor pokok wajib pajak (NPWP) berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 120 Tahun 2023 tentang Pajak Pertambahan Nilai atas Penyerahan Rumah Tapak dan Satuan Rumah Susun yang Ditanggung Pemerintah untuk Tahun Anggaran 2023.
Harga Hunian di Surakarta
Sementara di Surakarta, 99 Group Indonesia mencatat kenaikan harga hunian di Surakarta tercermin pada pertumbuhan median harga di dua rentang ukuran rumah, yaitu di rentang luas di bawah 60 meter persegi sebesar 16,3 persen dengan median harga Rp465 juta dan rentang 61-90 meter persegi, yang mencapai 18 persen dengan median harga Rp590 juta.
Pertumbuhan median harga untuk rumah yang berukuran lebih besar, di rentang luas 91-150 meter persegi, tercatat paling tinggi di Bandung dengan pertumbuhan harga sebesar 6,1 persen. Sementara bangunan dengan luas 151-250 meter persegi, pertumbuhan median harga tertinggi tercatat di Denpasar, sebesar 11,5 persen. Sedangkan untuk luas bangunan lebih dari 251 meter persegi, paling tinggi tercatat di Jakarta Pusat, 8,8 persen
“Temuan ini memperlihatkan bahwa pertumbuhan median harga menunjukkan potensi yang berbeda dari masing-masing kota. Surakarta atau Solo cenderung menjadi pasar potensial bagi pencari hunian dari kalangan kelas menengah, menengah-bawah dengan ukuran bangunan yang relatif kecil. Sementara Bandung, Denpasar dan Jakarta Pusat memiliki potensi bagi kelas menengah, menengah atas dengan pertumbuhan harga signifikan pada luas bangunan yang lebih besar,” ungkap Bharat.
Sejak awal tahun 2023, permintaan rumah di Surakarta mengalami tren peningkatan, dengan pertumbuhan secara year-to-date permintaan rumah jual sebesar 49,1 persen dan rumah sewa sebesar 55,3 persen. Terdapat 5 kecamatan di Surakarta yang paling diminati, yaitu Banjarsari (37,3%), Jebres (35,9%), Laweyan (17,0%), Pasar Kliwon (5,7%) dan Serengan (4,1%).
Dari segi pembeli potensial, hunian di Surakarta diminati oleh kalangan pembeli dari dua wilayah terdekat, seperti Yogyakarta (21,1%) dan Semarang (15,8%). Diikuti calon pembeli potensial dari kota Surakarta itu sendiri (14,1%) dan Jakarta (10,4%). Mayoritas calon pembeli hunian di Surakarta merupakan generasi muda, di rentang usia 18-44 tahun (73,9%). Disusul rentang usia 45-54 tahun (16,8%), usia 55-64 tahun (7,2%) dan usia di atas 65 tahun (2,1%),
“Masuknya Jakarta dalam empat besar pembeli potensial hunian di Surakarta menunjukkan adanya minat yang signifikan dari individu-individu di kota megapolitan dalam mencari alternatif pilihan, mengingat Surakarta memiliki biaya hidup yang lebih terjangkau, menawarkan potensi kualitas gaya hidup yang lebih tenang serta jauh dari hiruk-pikuk kota besar. Terlebih Surakarta menempati peringkat pertama Kota Paling Nyaman Dihuni atau Most Liveable City di Indonesia versi Ikatan Ahli Perencana (IAP) pada 2022 lalu,” pungkasnya.
Berita Ini Merupakan Kerja Sama Antara Rooma21.com Dengan Property And Bank/Jurnalis Group
Sumber : Naik 20,1 Persen, Kenaikan Harga Hunian di Denpasar Tertinggi di Indonesia