HousingEstate, Jakarta – Covid-19 Berakhir
Karantina di rumah untuk memutus penularan Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) telah membuat aktivitas bisnis menurun tajam. Sejumlah developer mengatakan pada Maret-April ini tidak ada penjualan sehingga menerapkan strategi bertahan sambil melakukan berbagai upaya penghematan.
Sejumlah pihak pun telah menyerukan agar sektor properti yang memiliki bisnis ikutan sangat banyak ini diberikan stimulus agar perekonomian nasional tidak terbenam terlalu dalam.
Menurut Bagus Adikusumo, Senior Director, Office Services Colliers International Indonesia (CII), secara umum kalangan pengembang belum merugi pada saat ini sekalipun situasi bisnis properti cukup sulit beberapa tahun terakhir sebelum adanya wabah Covid-19. CII adalah sebuah perusahaan riset, konsultasi, dan manajemen property, asal Australia yang sudah beroperasi di Indonesia sejak 1988.
“Setiap developer punya target berapa profit yang akan diterima dari setiap proyek yang dikembangkan. Katakan semula profit yang dipatok 30 persen. Akibat Covid-19 ini mungkin mereka akan memangkasnya menjadi 20 atau 10 persen. Jadi secara umum dia masih untung,” katanya saat memberikan paparan pasar properti kuartal pertama (Q1) 2020 di Jakarta, Rabu (8/4). Ia memberikan contoh harga rumah dijual Rp600 juta. Supaya tetap laku seandainya developer menurunkannya menjadi Rp500 jutaan atau Rp400 jutaan sesungguhnya belum rugi.
“Developer sudah mendapatkan keuntungan besar dari peningkatan harga tanah yang dibelinya sejak lama dengan harga yang sangat murah,” katanya. Developer juga telah menikmati keuntungan besar saat bisnis properti bagus pada periode 2012-2014. Artinya, saat sales drop akibat wabah Covid-19 mereka akan tetap bisa bertahan.
Ia menyarankan kepada para developer agar sekarang fokus branding produknya sehingga pada saat wabah ini berlalu sudah siap dengan produk terbaiknya. Ia optimis setelah Covid-19 berakhir pasar akan segera pulih mengingat kebutuhan rumah di Indonesia besar sekali.