Rooma21 Blog

Belum login? Masuk untuk akses penuh

Pencarian

Akun

Login Daftar

Kiamat Informasi: Tesis Krisis Kebenaran AI di Era Data yang Tercemar

06 October 2025
189 views
Kiamat Informasi: Tesis Krisis Kebenaran AI di Era Data yang Tercemar
/p>

Studi Kasus 1: “Model Collapse” & Risiko Data Tercemar

Masalah “Lingkaran Setan Data” bukan lagi hipotesis, melainkan fenomena yang sedang diteliti secara aktif oleh para ilmuwan. Fenomena ini dikenal dengan istilah “Model Collapse”. Sebuah penelitian penting yang dipublikasikan pada tahun 2023 oleh para ilmuwan dari Cambridge University dan Oxford University (tautan ke riset: arXiv:2305.17493) membuktikan apa yang terjadi ketika model AI dilatih menggunakan data yang dihasilkan oleh AI lain. Mereka menemukan bahwa dari generasi ke generasi, model tersebut mulai “melupakan” data asli yang berasal dari manusia. Hasilnya, output AI menjadi semakin medioker, terdistorsi, dan hanya merefleksikan versi realitas yang semakin sempit. Ilia Shumailov, salah satu penulis utama studi tersebut, menyimpulkannya dengan gamblang:

“We were surprised to observe how quickly models fall into this trap. Models can forget the less-common data very quickly, which means we are losing valuable information and culture.” (Kami terkejut mengamati seberapa cepat model jatuh ke dalam perangkap ini. Model dapat melupakan data yang kurang umum dengan sangat cepat, yang berarti kita kehilangan informasi dan budaya yang berharga.)

Ini adalah bukti empiris bahwa membanjiri internet dengan konten AI berisiko menciptakan ekosistem informasi yang steril dan terdistorsi, di mana AI masa depan tidak lagi belajar tentang realitas manusia, melainkan tentang gema dari dirinya sendiri.

Studi Kasus 2: Halusinasi AI di Ruang Sidang (Kasus Mata v. Avianca)

Kasus pengacara yang menggunakan ChatGPT dan menyajikan 6 kasus hukum fiktif adalah contoh sempurna dari halusinasi AI di dunia nyata. Ini membuktikan betapa berbahayanya output AI jika diterima tanpa verifikasi informasi yang ketat, bahkan oleh profesional. Lihat beritanya : https://www.hukumonline.com/berita/a/dua-advokat-ini-didenda-karena-sitasi-putusan-palsu-buatan-chatgpt-lt649995d67a412?page=all

Studi Kasus 3: Deepfake dan Realitas Politik.

Laporan dari lembaga seperti The Brookings Institution secara rutin memperingatkan tentang penggunaan deepfake (video atau audio palsu yang dibuat AI) untuk tujuan politik. Bayangkan sebuah video palsu seorang kandidat presiden yang mengaku melakukan kejahatan, dirilis sehari sebelum pemilu. Kerusakan yang ditimbulkan mungkin tidak dapat diperbaiki bahkan setelah video itu terbukti palsu.

Ilmuwan dan Analis AI Berlomba Memecahkan Masalah

Revolusi Industri 4.0 Kehidupan Terkoneksi di Ujung Jari (3)

Melihat betapa rentannya AI terhadap hoaks, bias, dan halusinasi, sangat mudah untuk jatuh ke dalam pesimisme. Namun, menyimpulkan bahwa masalah ini tidak dapat diatasi adalah sebuah langkah yang terlalu terburu-buru. Justru sebaliknya, setiap kelemahan yang kita identifikasi hari ini adalah masalah yang sedang coba dipecahkan oleh para ilmuwan dan analis AI di seluruh dunia. Mereka tidak tinggal diam. Penelitian besar sedang berjalan untuk menciptakan AI yang mampu menjelaskan proses berpikirnya (Explainable AI), mengembangkan model yang bisa memverifikasi fakta secara otomatis ke sumber terpercaya, hingga merancang sistem yang memiliki “konstitusi” etika untuk mencegah penyebaran disinformasi. Pertarungan antara masalah dan solusi sedang berlangsung secara aktif.

Perlombaan inilah yang membuat era ini begitu krusial. Karena teknologi ini masih terus dibentuk, sekarang adalah waktu yang paling tepat bagi kita untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan fundamental yang akan mengarahkan perkembangannya. Kita perlu berpikir kritis untuk memastikan teknologi ini berjalan ke arah yang benar. Inilah empat pertanyaan kunci yang harus kita jawab bersama:

  • Bagaimana cara AI memverifikasi kebenaran antara hoaks dan fakta di masa depan?
  • Bisakah AI benar-benar “paham” jika hanya belajar dari data, tanpa pernah mengalami dunia nyata?
  • Saat AI semakin pintar, apa keunggulan berpikir kritis manusia yang masih relevan?
  • Apakah semua usaha SEO yang kita kerjakan selama ini akan menjadi sia-sia di era AI?

Setiap pertanyaan ini adalah sebuah pintu menuju artikel berikutnya dalam seri ini. Mari kita temukan jawabannya bersama.

Relevansi dengan: Artificial Intelligence Index Report 2025 | Stanford University

1. Kenaikan Tajam Insiden Negatif Terkait AI

Data Inti: Jumlah insiden negatif terkait AI yang dilaporkan publik meningkat tajam mencapai 233 insiden pada tahun 2024. Ini adalah rekor tertinggi dan merupakan kenaikan 56,4% dari tahun 2023.

2. Kegagalan AI dalam Menjawab Pertanyaan Faktual Sederhana

Sumber: LLM Hallucination Leaderboard – a Hugging Face Space by vectara

Data Inti: Pada benchmark evaluasi faktual baru bernama SimpleQA, model tercanggih sekalipun seperti o1-preview dari OpenAI hanya berhasil menjawab 42,7% pertanyaan dengan benar.

Relevansi: Ini menunjukkan bahwa bahkan untuk pertanyaan yang dirancang agar mudah diverifikasi, AI masih sangat sering salah. Angka kegagalan lebih dari 50% adalah bukti kuat bahwa “kebenaran” AI sangat rapuh.

Halaman 2 dari 2
1 2
Bagikan:

Artikel Digital Technology

Lihat Semua
Avatar Katon Fajar Utomo
Katon Fajar Utomo
Penulis Rooma21 520 artikel
Lihat Profil
Katon Fajar Utomo
+

Komentar

Memuat komentar...

Jangan Ketinggalan Info Properti Terbaru!

Dapatkan berita, tips, dan penawaran eksklusif langsung ke email Anda.