Rooma21.com, Jakarta – Update IHSG April 2025, Pasar saham Indonesia sepanjang 2025 menghadapi tekanan berat, didorong oleh aksi jual bersih (net sell) investor asing. Tekanan ini paling terasa di sektor perbankan dan mulai merembet ke sektor unggulan lainnya.
Net Sell Asing Capai Rp49,55 Triliun di IHSG April 2025
Berdasarkan data hingga 19 April 2025, investor asing mencatatkan net sell sebesar Rp49,55 triliun. Angka ini menandakan adanya kehati-hatian tinggi investor global terhadap pasar domestik. Tekanan eksternal seperti suku bunga global dan penguatan dolar AS menjadi pemicu utama.
Sektor Perbankan Paling Tertekan di IHSG April 2025
Sektor keuangan, khususnya perbankan yang menjadi pilar utama IHSG, mengalami tekanan jual paling signifikan:
- Bank Central Asia (BBCA): Net sell asing mencapai Rp11,1 triliun, imbas dari aksi ambil untung setelah saham dinilai overvalued meski fundamental masih kuat.
- Bank Mandiri (BMRI): Net sell Rp9,47 triliun, tertekan oleh fluktuasi suku bunga global dan nilai tukar rupiah.
- Bank Rakyat Indonesia (BBRI): Net sell Rp4,91 triliun, dipicu kekhawatiran terhadap risiko kredit di sektor mikro.
- Bank Negara Indonesia (BBNI): Net sell Rp3,01 triliun, disebabkan oleh eksposur besar ke sektor korporasi yang lebih rentan terhadap perlambatan ekonomi.
Ringkasan Net Sell Asing per Saham
Saham | Sektor | Net Sell (Rp) |
---|---|---|
Bank Central Asia (BBCA) | Perbankan | 11,1 triliun |
Bank Mandiri (BMRI) | Perbankan | 9,47 triliun |
Bank Rakyat Indonesia (BBRI) | Perbankan | 4,91 triliun |
Bank Negara Indonesia (BBNI) | Perbankan | 3,01 triliun |
Mitra Adiperkasa (MAPI) | Konsumsi Retail | 228 miliar |
Amman Mineral Internasional (AMMN) | Pertambangan | 218,64 miliar |
Adaro Energy Indonesia (ADRO) | Energi/Batu Bara | 134,26 miliar |
United Tractors (UNTR) | Alat Berat/Tambang | 121,36 miliar |
Indofood CBP (ICBP) | Konsumsi Barang | 118,22 miliar |
Catatan: Angka-angka di atas berdasarkan data hingga pertengahan April 2025 dan dapat berubah seiring pergerakan pasar.
Tekanan Meluas ke Sektor Non-Perbankan
Aksi jual tidak terbatas pada sektor keuangan. Saham-saham unggulan di sektor lain juga mengalami tekanan:
- Mitra Adiperkasa (MAPI): Net sell Rp228 miliar akibat kekhawatiran melemahnya daya beli masyarakat di tengah inflasi.
- Amman Mineral Internasional (AMMN): Net sell Rp218,64 miliar, terdampak fluktuasi harga komoditas global.
- Adaro Energy Indonesia (ADRO): Net sell Rp134,26 miliar, akibat sentimen negatif terhadap batu bara di tengah transisi energi bersih.
- United Tractors (UNTR): Net sell Rp121,36 miliar, karena potensi perlambatan proyek pertambangan dan infrastruktur.
- Indofood CBP (ICBP): Net sell Rp118,22 miliar, dipengaruhi tekanan margin akibat volatilitas harga bahan baku.
Baca Juga : Mengapa Net Interest Margin (NIM) Bank-Bank di Indonesia Tetap Tinggi Meski Biaya Dana Turun?
Penyebab Tekanan Asing di Pasar Saham
Beberapa faktor global dan domestik yang mendorong keluarnya dana asing dari pasar Indonesia:
- Ketidakpastian arah kebijakan tarif dan perdagangan global.
- Kenaikan suku bunga di negara maju dan penguatan dolar AS.
- Kekhawatiran terhadap defisit fiskal dan pelemahan konsumsi dalam negeri.
- Ekspektasi inflasi yang belum sepenuhnya mereda.
Peluang dari Penurunan Valuasi
Meskipun tekanan jual masih dominan, kondisi ini membuka ruang akumulasi bagi investor lokal. Koreksi harga saham unggulan mulai menciptakan valuasi menarik, terutama untuk sektor-sektor yang masih memiliki prospek jangka panjang.
Saat ini, pasar global masih menantikan arah pasti dari kebijakan moneter Amerika Serikat dan tanda-tanda stabilitas ekonomi dunia. Di sisi lain, pelaku pasar domestik berharap pada stimulus fiskal pemerintah dan langkah-langkah menjaga daya beli untuk meredam tekanan pasar lebih lanjut.
Sektor-sektor seperti konsumsi, teknologi berbasis AI, dan properti dinilai memiliki potensi untuk menarik kembali dana asing, terutama jika kondisi makro mulai stabil dan pertumbuhan kredit membaik.